Nah..kali ini penulis ingin memberikan kembali
"geguyonan" yang pernah diberikan oleh beliau. berikut adalah
Beberapa geguyonan yang pernah membuat kita terpingkal-pingkal
.jpg)
1. TAROWEH DISKON
PADA masa kekuasaan
Presiden Habibie, Gus Dur pernah mampir ke rumah Pak Harto di Cendana. Gus Dur
mengajak seorang yang disebut dengan “kiai kampung” dari Metro, Lampung Tengah.
Waktu itu bulan
puasa.Setelah berbuka dan omong-omong seperlunya, Pak Harto nyeletuk, “Gus Dur
dan Pak Kiai ini bakal sampai malam kan di sini?”“O tidak,” jawab Gus Dur.
“Saya harus segera pergi, karena ada janji dengan Gus Joyo, adik Sri Sultan
Hamengkubuwono X. Tapi Pak Kiai ini biar tinggal di sini. Maksudnya buat
ngimami (menjadi imam) salat taraweh, kan?”Pak Harto manggut-manggut.
“Tapi,” lanjut Gus Dur, “Sebelumnya perlu ada
klarifikasi dulu?”
“Klarifikasi apa?” tanya Pak Harto.
“Harus jelas dulu, Tarawihnya mau pakai gaya NU?
Kalau NU lama bagaimana, kalau NU baru bagaimana?” tanya Pak Harto makin heran.
“Loh apa ada macam-macam gaya NU? Kalau gaya NU
lama, tarawihnya 23 rakaat. Gaya NU baru, diskon 60 persen (11 rakaat)!”
Pak Harto cuma ketawa, karena tidak terlalu
paham. Dan Pak Kiai nyeletuk, “Iya, deh. Diskon 60 persen pun nggak apa-apa,”
Harap diketahui,
“Tarawih diskon” menjadi 11 rakaat itu adalah gaya Muhammadiyah.Keluarga Pak
Harto sendiri disebut orang “Hidup dengan cara Muhammadiyah, mati dengan cara
NU”. Sebab, Pak Harto pernah mengaku bahwa dia semasa sekolah di Yogyakarta
belajar di SMP Muhammadiyah (jadi “berakidah” Muhammadiyah). Tapi ketika Bu
Tien meninggal, rumahnya di Cendana sibuk dengan macam-macam tahlilan (tiga
hari, tujuh hari, 40 hari, 100 hari dan seterusnya), yang merupakan trade mark
NU.
Jadi kalau Gus Dur
menawarkan “Tarawih diskon” 11 rakaat itu, Pak Harto dengan senang hati
menerima saja. Itu artinya kembali ke “khittah”.
2. KEPUTUSAN RAPAT
Saat masih berada di
bangku sekolah, Gus Dur memang terkenal sebagai anak yang usil bin jail.Pernah
suatu kali dia berusaha mengerjai guru Bahasa Inggrisnya, dengan seember air,
yang digantung di pintu kamar mandi di sekolahnya. Karuan saja, saat sang guru
hendak membuka pintu, “Byuur!” basah kuyuplah sang guru asal Batak
tersebut.Namun ketika sang guru bertanya, “Siapa yang punya ide untuk menaruh
ember itu di situ?”Sambil menahan tawa Gus Dur menjawab, “Awalnya memang saya
yang punya ide Bu. Tetapi kemudian sudah menjadi keputusan rapat.”
3. TAK JAWAB SMS, KARENA TULISANNYA JELEK
Suatu ketika Gus Dur
membagi-bagikan handphone kepada sejumlah kiai NU. Tentu saja para kiai ini
agak kikuk dengan teknologi telepon genggam itu.Karena merasa sejumlah kiai
koleganya sudah mendapatkan handphone, Gus Dur pun dengan mudah menghubungi
mereka lewat telepon genggam tersebut.
Pada satu kesempatan,
Gus Dur meminta kepada asistennya untuk mengirimkan SMS ke salah seorang kiai.
Namun, lama ditunggu, jawaban dari sang kiai tak kunjung didapat. Alhasil Gus
Dur pun menelepon sang kiai.
“Pak kiai, kalau ada SMS dari umat mbok ya
dijawab,” kata Gus Dur.Lantas dengan polosnya sang kiai menjawab, “Waduh Gus,
saya nggak nulis di handphone ini, soalnya tulisan saya jelek.”
4. CERITA GUS DUR SOAL NAIK KERETA
Setelah mendapat larangan dari dokternya untuk
tidak melakukan perjalanan jauh dengan menggunakan pesawat terbang, Gus Dur
kemudian nekat untuk berpergian jauh menggunakan kereta api.
“Anda mau pergi naik kerata api Gus? Memangnya
Anda pikir bisa sampai tepat waktu dengan naik kereta api?” ledek si dokter.
“Anda jangan meremehkan, kereta itu cepet banget
loh!” jawab mantan Presiden RI ke-4 itu.
“Kereta api mana yang bisa menandingi kecepatan
pesawat terbang?” tanya dokter.
“Oho.. Anda jangan salah. Semua kereta api bisa
lebih cepat dari pesawat,” kilah pria kelahiran Jombang, Jawa Timur, 7
September 1940 ini.
“Anda mimpi kali. Semua orang juga tahu kalau
pesawat itu jelas lebih cepat dibandingkan kereta api,” cecar sang dokter.
“Wah, Anda salah. Memang sekarang ini pesawat
lebih cepat. Tapi itu karena kereta api baru bisa merangkak. Coba kalau kereta
api nanti sudah bisa berdiri dan bisa lari. Wuiih.. pasti bakalan jauh lebih
cepat dari pesawat,” jawab Gus Dur, disambut wajah kecut sang dokter
5. PENGALAMAN GUS DUR NAIK HAJI
Gus Dur seperti tidak
pernah kehabisan cerita, khususnya yang bernada sindiran politik. Menurut dia,
ada kejadian menarik di masa pemerintah Orde Baru.Suatu kali Presiden Soeharto
berangkat ke Mekkah untuk berhaji. Karena yang pegi seorang persiden, tentu
sejumlah menteri harus ikut mendampingi. Salah satunya “peminta pertunjuk” yang
paling rajin, Menteri Penerangan Harmoko.Setelah melewati beberapa ritual haji,
rombongan Soeharto pun melaksanakan jumrah, yakni simbol untuk mengusir setan
dengan cara melempar batu ke sebuah tiang mirip patung. Di sini lah muncul
masalah, terutama bagi Harmoko.
Beberapa kali batu
yang dilemparkannya selau berbalik menghantam jidatnya. “Wah kenapa jadi begini
ya?” cerita Gus Dus menuturkan pernyataan Harmoko yang saat itu tampak gemetar
karena takut.
Lalu Harmoko pindah
posisi. Hasilnya sama saja, batu yang dilemparnya seperti ada yang melempar
balik ke arah dirinya. Setelah tujuh kali lemparan hasilnya selalu sama,
Harmoko pun menoleh ke kanan dan ke kiri, mencari-cari posisi presiden untuk
“minta petunjuk”. Setelah ketemu, lalu dengan lega ia tergopoh-gopoh
menghampiri Bapak Presiden.
Namun, sebelum sampai
di hadapan Soeharto, ia turut mendengar bisikan “Hai manuia, sesama setan
jangan saling lempar.”
6.PENDETA POHON
Siapakah orang yang
paling dikagumi Gus Dur? Itulah pertanyaan Jaya Suprana pada kesempatan dalam
talk show di TPI (Sekarang MNC TV) beberapa waktu silam.
Untuk kawasan Asia ini, jawab Gus Dur, ada dua
orang yang dianggap sebagai orang yang dianggapnya sebagai guru yang sangat
dihormatinya. Satu adalah Kim Dae Jung dari Korea Selatan, dan satu lagi
Sulaksiwaraksa dari Thailand.
“Kenapa Gus Dur menganggap Sulak itu guru?” tanya
Jaya.
“Karena dia itu pernah dua kali mau dihukum mati
karena dianggap menghina Raja,” jawab Gus Dur. “Padahal dia itu pernah mencoba
menyelamatkan hutan.”
Menurut Gus Dur, hukum di Thailand menetapkan
bahwa seorang pendeta Budha tidak diperbolehkan mencampuri urusan negara. Nah,
Sulaksiwaraksa itu dianggap melanggar hukum, lalu dijatuhi hukuman penjara,
meskipun bukan hukuman mati.
Lalu apa dosa Biksu Sulaksiwaraksa itu
sebenarnya?
“Dia melakukan aksi membungkus pohon dengan
sarung layaknya pendeta Budha. Lalu pohon itu di lantik nya menjadi biksu.
Untuk Jilid 2 klik Di Sini.